Sabtu, 26 Februari 2011

Sikap Ilmiah



Sikap Ilmiah dalam Sains
1)      Pengertian
Salah satu aspek yang dikembangkan dalam pembelajaran sains di sekolah adalah aspek sikap. Menurut Reid (Gokhale dkk: 2009) sikap adalah “a positive or negative sentiment or mental state, that is learned and organized through experience on the affective and conative responses of an individual toward some other individual, object, or event”. Menurut pandangan ini, sikap adalah keadaan mental positif atau negatif yang dipelajari dan disusun melalui tanggapan afektif dari seseorang terhadap orang lain, atau terhadap benda, atau terhadap kejadian. Sikap yang dikembangkan dalam pembelajaran sains adalah sikap terhadap sains (attitudes toward science) dan sikap ilmiah (scientific attitude).
   Menurut Kobala & Crawley (Morrell dan Lederman, 1998: 76) bahwa “students’ attitudes  toward science may have an effect on students’ motivation, interest, and achievement in the sciences”. Selanjutnya, Glick (Morrell dan Lederman, 1998: 76) mengatakan “students’ attitudes toward science appear to be shape by same factor: teachers, learning environment, self-concept, peers, and parental influence”. Dari pandangan-pandangan di atas, maka sikap peserta didik terhadap sains dapat berpengaruh pada motivasi, minat, dan keberhasilan peserta didik itu sendiri. Sikap terhadap sains adalah kcenderungan pada rasa senang dan tidak senang terhadap sains, misalnya menganggap sains sukar dipelajari, kurang menarik, membosankan, dan sebagainya. Sikap  peserta didik terhadap sains dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidik, lingkungan belajar, konsep diri, teman, dan orang tua.
Menurut Carin dan Sund (1980: 3) sikap ilmiah mencakup sikap ingin tahu, kerendahan hati, ragu terhadap sesuatu, tekad untuk maju, dan berpikir terbuka. Menurut Martin, dkk (2005: 17) sikap-sikap ilmiah mencakup (1) keinginan untuk mengetahui dan memahami, (2) bertanya segala sesuatu, (3) mengumpulkan data dan memberi arti berdasarkan data tersebut, (4) menuntut verifikasi, (5) berpikir logis, dan (6) mempertimbangkan gagasan-gagasan.
Sikap yang dikembangkan dalam sains adalah sikap ilmiah yang lazim disebut scientific attitude.  Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak. Sikap dapat membatasi atau mempermudah peserta didik untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dikuasai. Peserta didik tidak akan berusaha untuk memahami suatu konsep jika dia tidak memiliki kemauan untuk itu. Karena itu, sikap seseorang terhadap mata pelajaran sangat berpengaruh pada keberhasilan kegiatan pembelajarannya.
2)      Aspek-aspek Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah mengandung dua makna (Harlen, 1989), yaitu attitude toward science  dan attitude of science. Sikap yang pertama mengacu pada sikap terhadap sains sedangkan sikap yang kedua mengacu pada sikap yang melekat setelah mempelajari sains. Jika seseorang memiliki sikap tertentu, orang itu cenderung berperilaku secara konsisten pada setiap keadaan. Dari pandangan Harlen di atas, sikap ilmiah dikelompokkan menjadi dua yaitu; (1) seperangkat sikap yang menekankan sikap tertentu terhadap sains sebagai suatu cara memandang dunia serta dapat berguna bagi pengembangan karir di masa datang, dan (2) seperangkat sikap yang jika diikuti akan membantu proses pemecahan masalah.
Gega (Patta Bundu, 2006: 140) mengatakan aspek-aspek sikap ilmiah mencakup sikap ingin tahu, sikap penemuan, sikap berpikir kritis, dan sikap teguh pendirian.  Harlen (Patta Bundu, 2006: 140) mengatakan aspek-aspek sikap ilmiah mencakup sikap ingin tahu, sikap respek terhadap data, sikap refleksi kritis, sikap ketekunan, sikap kreatif dan penemuan, sikap berpikiran terbuka, sikap bekerja sama dengan orang lain, sikap keinginan untuk menerima ketidak pastian, sikap sensitif  terhadap lingkungan. American Association for Advancement of Science (Patta Bundu, 2006: 140) memberikan penekanan pada empat sikap ilmiah yaitu sikap jujur, sikap ingin tahu, berpikir terbuka, dan sikap keragu-raguan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah adalah sikap yang melekat dalam diri seseorang  setelah mempelajari sains yang mencakup sikap ingin tahu, sikap respek terhadap data/fakta, sikap berpikir kritis, sikap penemuan dan kreativitas, sikap berpikiran terbuka dan kerjasama, sikap ketekunan, dan sikap peka terhadap lingkungan sekitar. Sikap ingin tahu mendorong akan penemuan sesuatu yang baru yang dengan berpikir kritis akan meneguhkan pendirian dan berani untuk berbeda pendapat.
Aspek-aspek sikap ilmiah yang dikembangkan dalam pembelajaran sains di sekolah adalah:
a)      Sikap ingin tahu
Aspek sikap ingin tahu meliputi antusias mencari jawaban, perhatian pada objek yang diamati, antusias pada proses sains, dan menanyakan setiap langkah kegiatan.
b)      Sikap respek terhadap data/fakta
Aspek sikap respek terhadap data/fakta meliputi objektif/jujur, tidak purbasangka, mengambil keputusan sesuai fakta, dan tidak mencampur fakta dan pendapat.
c)      Sikap berpikir kritis
Aspek sikap berpikir kritis meliputi meragukan temuan orang lain, menanyakan setiap perubahan atau hal baru, mengulangi kegiatan yang dilakukan, dan tidak mengabaikan data meskipun kecil.
d)     Sikap penemuan dan kreativitas
Aspek sikap penemuan dan kreativitas meliputi menggunakan fakta-fakta untuk dasar kesimpulan, menunjukkan laporan berbeda dengan orang lain, merubah pendapat dalam merespon terhadap fakta, menyarankan percobaan-percobaan baru, dan menguraikan kesimpulan baru hasil pengamatan.
e)      Sikap berpikiran terbuka dan kerjasama
Aspek sikap berpikiran terbuka dan kerjasama meliputi menghargai pendapat temuan orang lain, mau merubah pendapat jika data kurang, menerima saran dari orang lain, tidak merasa selalu benar, menganggap setiap kesimpulan adalah tentatif, dan berpartisipasi aktif dalam kelompok.
f)       Sikap ketekunan
Aspek sikap ketekunan meliputi melanjutkan kebiasaan meneliti, mengulangi percobaan meskipun berakibat kegagalan, dan melanjutkan satu kegiatan meskipun orang lain selesai lebih awal.
g)      Sikap peka terhadap lingkungan sekitar
Aspek sikap peka terhadap lingkungan sekitar meliputi perhatian terhadap peristiwa sekitar, partisipasi pada kegiatan sosial, menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
3)      Pengembangan Sikap ilmiah dalam Pembelajaran
Salah satu tujuan pengembangan sikap ilmiah adalah untuk menghindari munculnya sikap negatif dari peserta didik. Harlen (Patta Bundu, 2006: 45) mengemukakan empat peranan utama pendidik dalam mengembangkan sikap ilmiah yaitu:
a)      Memberikan contoh sikap ilmiah seperti memperlihatkan minat yang tinggi pada sesuatu yang baru, membantu peserta didik untuk menemukan sesuatu yang baru, menerima semua temuan peserta didik, dan menanamkan pengertian bahwa apa yang ditemukan peserta didik dapat mengubah ide/pendapat sebelumnya;
b)      Memberi penguatan positif kepada peserta didik seperti memberi penguatan, penghargaan, dan pujian yang tulus;
c)      Menyediakan kesempatan mengembangkan sikap ilmiah; dan
d)     Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk merefleksikan perilaku dan motivasinya pada bidang sains.
4)      Cara Mengukur Sikap Ilmiah
Untuk mengukur minat terhadap sains dan sikap terhadap sains peserta didik dapat menggunakan metode observasi, wawancara, dan angket. Instrumen yang sering digunakan adalah berupa skala Likert, skala Thurstone, skala Guttman, dan skala diferensial semantik. Skala sikap menurut skala Likert adalah sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja ilmiah dalam bidang sains yaitu keterampilan dan sikap yang melekat dalam diri peserta didik melalui cara berpikir dan cara melakukan investigasi terhadap peristiwa atau kejadian di alam. Keterampilan sains mencakup keterampilan akuisitif, keterampilan organisasional, keterampilan kreatif, keterampilan manipulatif, dan keterampilan komunikatif. Sikap ilmiah merupakan kecenderungan untuk bertindak yang dapat membatasi atau mempermudah seseorang untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dikuasai dalam bidang sains. Sikap ilmiah tersebut mencakup sikap ingin tahu, respek terhadap data/fakta, sikap berpikir kritis, sikap berpikiran terbuka dan kerjasama, sikap ketekunan, dan sikap peka terhadap lingkungan sekitar. 

Sumber
Carin, A.A & Sund, R.B. (1980). Teaching modern science. Ohio: A Bell & Howell Company
Freedman, M. P. (1997). Relationship among laboratory instruction, attitude toward science, and achievement in science knowledge. Journal of Research in Science Teaching, 34(4); 343-357.
Gokhale A., Brauchle P., and Machina, K. (2009) Development and validation of a scale to measure attitudes toward science and technology. Journal of College Science Teaching
Martin R., Sexton, C., Franklin, T. & Gerlovich, J. (2005). Teaching science for all children, inquiry methods for constructing undestanding. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Morell, D. P. & Lederman, N. L. (1998). Students’ attitudes towards school and classroom science: are they independent phenomena? Journal of School Science and Matemathics.

            Patta Bundu. (2006). Penilaian keterampilan proses dan sikap ilmiah dalam pembelajaran sains

KURIKULUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA BERDASARKAN KKNI

UNIVERSITAS FLORES FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA KURIKULUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FIS...